Pengadaan Barang Jasa, Uang Muka, Jaminan dalam Pengadaan Barang Jasa, Buku Pengadaan, Buku Tender,Pengadaan barang, Perpres 54 tahun dan revisi/perubahan perpres 54, Pengguna Anggaran (PA), Para Pihak dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pokja ULP, PPHP, Pejabat/Panitia Penerima Hasil Pekerjaan, Pengadaan Pelaksana Konstruksi, Pengadaan Konsultansi, Pengadaan Jasa Lainnya, Swakelola, Kebijakan Umum Pengadaan, Pengadaan Langsung, Pelelangan atau Seleksi Umum, Pengadaan atau Penunjukan Langsung, Pengadaan Kredibel, Pengadaan Konstruksi, Pengadaan Konsultan, Pengadaan Barang, Pengadaan Jasa Lainnya, Jaminan Penawaran, Jaminan Pelaksanaan, SKT Migas, Tenaga Ahli, HPS, Kontrak, Evaluasi, Satu/Dua Sampul dan Dua Tahap, TKDN, Sisa Kemampuan Paket, Kemampuan Dasar, Dukungan Bank, afiliasi, Konsolidasi Perpres 54 tahun 2010, e-katalog, Penipuan Bimtek e-Procurement Kasus Pengadaan Construction, Consultation, Goods, Services, Green Procurement, Sustainable Procurement, Best Practice Procurement, Supply Chain Management http://pengadaan-barang-jasa.blogspot.co.id/search/label/kasus%20pengadaan

Monday, September 10, 2018

Walikota Surabaya pernah diancam mau dibunuh gegara e-procureme r

https://www.dawainusa.com/curhat-wali-kota-surabaya-tri-rismaharini-tiga-kali-diancam-dibunuh/

Tri Rismaharini menumpahkan curahan hatinya ketika mengantar Rektor Pradita Institute, Richardius Eko Indrajit berkeliling di Mall pelayanan publik Siola, Surabaya Kamis (6/9).
Perempuan yang akrab dipanggil Risma ini mengaku dirinya sering menerima ancaman pembunuhan oleh beberapa orang tak dikenal. Dilansir dari IDN Times, berikut tiga ancaman pembunuhan terhadap Risma dari orang yang tak dikenal.


1. Diancam Dibunuh Karena e-Procurement
Kepada beberapa pengunjung di Corridor Co-working Space Siola, Risma memperkenalkan Richardius Eko Indrajit sebagai salah satu penyelamat nyawanya. Eko selalu mendukung dan melindungi Risma ketika ia menyebarkan penggunaan e-procurement (pengadaan barang secara online) di berbagai kota di Indonesia.

“Ini profesor Eko Indrajit dulu yang nyelametin aku saat aku buat e-procurement. Profesor ini yang belain aku di mana-mana saat mau dibunuh. Kalian gak pernah tau kan rasanya mau dibunuh?” tanyanya.
2. Masalah Penutupan Dolly sebagai Puncak Ancaman
Risma menambahkan, saat ia berusaha untuk menutup lokalisasi Dolly pada 2014 silam, itu lah puncak ancaman-ancaman pembunuhan diterimanya.
Berbagai macam bentuk ancaman pembunuhan diterima Risma baik melalui pesan maupun secara langsung. “Kalau ancaman itu sering di rumah sampai anak-anakku diancam,” ujarnya.

3. Penabrakan Menjadi Salah Satu Bentuk Ancaman
Tak hanya berupa pesan, Risma bahkan pernah hampir dibunuh dengan cara ditabrak saat mengendarai kendaraan.
Ia bercerita, ketika mengendarai motor di kawasan Kembang Jepun, ia hampir ditabrak oleh orang tak dikenal. “Untung saya loncat waktu itu. Dulu juga di Jimerto saya juga hampir dibunuh,” terangnya.

Tri Rismaharini Juga Pernah Mendapat Teror Sebelum Jadi Wali Kota

Sebelumnya, Tri Rismaharini juga sempat menceritakan kalau dirinya pernah juga mendapatkan teror sebelum menjadi Wali Kota. Ancaman itu kata Risma datang bertubu-tubi.

“Saya diancam, saya mau dibunuh. Orang marah ke saya, saya dicekek gini, didorong sampai mau ke jendela gitu,” ujar Risma.
Peristiwa itu, kata Risma, terjadi pada tahun 2002, yakni saat dirinya diangkat menjadi Kepala Bina Pembangunan Kota Surabaya. Saat itu ia membuat sistem lelang elektronik.
Tak hanya sistem lelang, Risma juga memperkenalkan sistem lain berbasis elektronik. Setelah sistem diberlakukan, Risma mulai menerima berbagai teror. Ia diminta menghentikan sistem itu atau dipindahkan.
Tak mempan ancaman kepada dirinya, teror pun menyerang anaknya. “Diteror telepon gitu. Anak saya diancam dibunuh, saya sampai lapor ke guru anak saya jangan keluar sampai dijemput,” kata Risma.
Risma kemudian mengumpulkan keluarganya dan membahas soal ancaman itu. Risma mewanti-wanti leluarganya untuk berhati-hati dan waspada akan bahaya.
“Saya meminta maaf kalau nanti saya dibunuh, jangan nuntut karena ini tanggung jawab saya kepada Tuhan,” kata Risma.
Karena terus diancam, Risma akhirnya memperkenalkan sistem itu ke Agus Rahardjo yang saat itu menjabat sebagai Direktur Pendidikan di Badan Pembangunan dan Perencanaan Nasional.
Ternyata, ancaman mutasi dirinya itu menjadi nyata. Namun, Risma pasrah. Dimana pun Risma bekerja, tidak masalah. Sampai akhirnya sistem yang diperkenalkannya itu dikembangkan Agus menjadi Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP). Hingga akhirnya menjadi Wali Kota Surabaya, Risma masih menerapkan sistem itu.

No comments:

Post a Comment